Pembahasan tentang hadits Nabi yang pendek tapi luar biasa dahsyat efek nya dalam kehidupan kita, Berikut Hadits nya :
” Innalloohaa rifqun
yuhibbu rifq fii kulli amr “
Sesungguhnya Alloh
adalah Dzat Yang Maha Lembut dan mencintai kelembutan dalam setiap perkara (HR
Bukhori Muslim)
Lembut, ternyata Allah
mencintai kelembutan dan itu tercermin dari perilaku Rasululloh SAW semasa
hidup beliau. Berikut contoh-contoh sifat lemah lembut Rasul dalam beberapa hal
:
1.
Lembut terhadap istri/keluarga
Sangat banyak hadits
yang menceritakan betapa Rasul sangat lemah lembut terhadap istri-istri nya.
Rasul tidak pernah melotot, menaikkan nada suara dan marah kepada istri nya.
Beliau biasa memanggil istri-istrinya, dengan panggilan kesukaan dan
panggilan yang indah. Seperti ya Humaira untuk memanggil Aisyah. Rasul
juga adalah orang yang paling lembut dan banyak menemani istrinya yang sedang
mengadu atau sakit. Banyak teladan Rasul yang bisa menjadi inspirasi kita dalam
bersikap lemah lembut terhadap istri
2.
Lembut terhadap pembantu
Anas bin Malik adalah
salah satu sahabat yang membantu mengurus kebutuhan rumah tangga Rasul. Selama
10 tahun bekerja kepada Rasul, ia tidak pernah mendapati Rasulullah
mengumpat, atau menyalah-nyalahkan pekerjaan yang telah ia lakukan.
3.
Lembut terhadap anak-anak
Rasulullah pernah
mencium Al-Hasan bin Ali, sementara Al-Aqra’ bin Habis At-Tamimi sedang duduk
di sisi beliau. Maka Al-Aqra’ berkata, ‘Aku memiliki 10 anak, namun tidak ada
satu pun dari mereka yang kucium.’ Kemudian Rasulullah memandangnya, lalu
bersabda, ‘Siapa yang tidak menyayangi, maka dia tidak akan disayangi.’
(HR. Bukhari Muslim).
4.
Lembut terhadap orang jahil/belum paham islam
Ada seseorang yang
berbicara di dalam shalatnya. Dia mengira, bahwa ketika sedang mengerjakan
shalat diperbolehkan berbicara. Karena orang ini jahil (tidak mengetahui
hukumnya) dan mukhthi’ (keliru), maka shalatnya tidak batal. Dia telah
melakukan sebuah kesalahan, namun tanpa maksud yang disengaja. Secara khusus,
terdapat dalil yang menunjukkan perbuatan seperti ini. Yaitu hadits Mu’awiyah
bin al Hakam as Sulami Radhiyallahu ‘anhu , yang cukup panjang, tentang
diharamkannya berbicara ketika seseorang sedang shalat.
Kisah ringkasnya,
tatkala Mu’awiyah bin al Hakam as Sulami Radhiyallahu ‘anhu shalat berjama’ah
bersama Rasulullah, ia mendengar orang bersin. Dan orang yang bersin itu
berkata “alhamdulillah,” sehingga ia pun berkata (menjawab) “yarhamukallah”.
Akhirnya, orang-orang di sekitarnya memandang kepadanya. Dia pun berteriak.
Lalu orang-orang di sekitarnya memukul-mukul paha mereka sebagai isyarat agar
ia diam. Maka Mu’awiyah bin al Hakam as Sulami Radhiyallahu ‘anhu pun terdiam.
Begitu shalat usai, manusia yang paling berakhlak mulia (yaitu Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam ) memanggilnya. Akhirnya, Mu’awiyah bercerita tentang
akhlak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika mengajarkan dan
membimbingnya: Aku belum pernah melihat seorang pendidikpun sebelumnya maupun
setelahnya yang lebih baik darinya. Demi Allah, ia tidak membentakku, tidak
memukulku, dan tidak mencaciku.
5.
Lembut terhadap orang yang meminta-minta
Suatu ketika ada
seorang pengemis dari kalangan Anshar datang meminta-minta kepada Rasulullah
SAW. Lalu beliau bertanya kepada pengemis tersebut, “Apakah kamu mempunyai
sesuatu di rumahmu?”
Pengemis itu menjawab,
“Tentu, saya mempunyai pakaian yang biasa dipakai sehari-hari dan sebuah
cangkir.” Rasul lalu berkata, “Ambil dan serahkan ke saya!”
Pengemis itupun
pulang mengambil satu-satunya cangkir miliknya dan kembali lagi pada Rasulullah
SAW. Rasulullah SAW kemudian menawarkan cangkir itu kepada para sahabat, “Adakah
di antara kalian yang ingin membeli ini?” Seorang sahabat menyahut, “Saya
beli dengan satu dirham.”
Rasulullah SAW
menawarkannya kembali, “Adakah di antara kalian yang ingin membayar lebih?”
Lalu ada seorang sahabat yang sanggup membelinya dengan harga dua dirham.
Rasulullah SAW
memberikan dua dirham itu kepada si pengemis lalu menyuruhnya menggunakan uang
itu untuk membeli makanan untuk keluarganya dan sisa uangnya digunakan untuk
membeli kapak. Rasullulah SAW berkata, “Carilah kayu sebanyak mungkin dan
juallah, selama dua minggu ini aku tidak ingin melihatmu.” Sambil melepas
kepergiannya Rasulullah SAW pun memberinya uang untuk ongkos.
Dua minggu kemudian
pengemis itu datang kembali menghadap Rasulullah SAW sambil membawa uang
sepuluh dirham hasil dari penjualan kayu. Kemudian Rasulullah SAW menyuruhnya
untuk membeli pakaian dan makanan untuk keluarganya seraya bersada, “Hal ini
lebih baik bagi kamu, karena meminta-meminta hanya akan membuat noda di wajahmu
di akhirat nanti. Tidak layak bagi seseorang meminta-minta kecuali dalam tiga
hal, fakir miskin yang benar-benar tidak mempunyai sesuatu, utang yang tidak
bisa terbayar, dan penyakit yang membuat sesorang tidak bisa berusaha.“
6.
Lembut ketika amar ma’ruf nahi munkar
Dikisahkan dalam
sebuah hadits bahwa suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
sedang duduk-duduk bersama para shahabat radhiyallahu ‘anhum di dalam masjid.
Tiba-tiba muncul seorang ‘Arab badui (kampung) masuk ke dalam masjid, kemudian
kencing di dalamnya. Maka, dengan serta merta, bangkitlah para shahabat yang
ada di dalam masjid, menghampirinya seraya menghardiknya dengan ucapan yang
keras. Namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang mereka untuk
menghardiknya dan memerintahkan untuk membiarkannya sampai orang tersebut
menyelesaikan hajatnya. Kemudian setelah selesai, beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam meminta untuk diambilkan setimba air untuk dituangkan pada air kencing
tersebut. (HR. Al Bukhari)
Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam memanggil ‘Arab badui tersebut dalam keadaan tidak marah ataupun mencela. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menasehatinya dengan lemah lembut:
“Sesungguhnya masjid ini tidak pantas untuk membuang benda najis (seperti kencing, pen) atau kotor. Hanya saja masjid itu dibangun sebagai tempat untuk dzikir kepada Allah, shalat, dan membaca Al Qur’an.” (HR. Muslim)
Melihat sikap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang demikian lembut dan halusnya dalam menasehati, timbullah rasa cinta dan simpati ‘Arab badui tersebut kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka ia pun berdoa: “Ya Allah, rahmatilah aku dan Muhammad, dan janganlah Engkau merahmati seorangpun bersama kami berdua.” Mendengar doa tersebut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tertawa dan berkata kepadanya:
“Kamu telah mempersempit sesuatu yang luas (rahmat Allah).” (HR. Al Bukhari dan yang lainnya)
Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam memanggil ‘Arab badui tersebut dalam keadaan tidak marah ataupun mencela. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menasehatinya dengan lemah lembut:
“Sesungguhnya masjid ini tidak pantas untuk membuang benda najis (seperti kencing, pen) atau kotor. Hanya saja masjid itu dibangun sebagai tempat untuk dzikir kepada Allah, shalat, dan membaca Al Qur’an.” (HR. Muslim)
Melihat sikap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang demikian lembut dan halusnya dalam menasehati, timbullah rasa cinta dan simpati ‘Arab badui tersebut kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka ia pun berdoa: “Ya Allah, rahmatilah aku dan Muhammad, dan janganlah Engkau merahmati seorangpun bersama kami berdua.” Mendengar doa tersebut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tertawa dan berkata kepadanya:
“Kamu telah mempersempit sesuatu yang luas (rahmat Allah).” (HR. Al Bukhari dan yang lainnya)
7.
Lembut terhadap orang kafir yang memusuhi kita
Kisah Nabi ketika
berdakwah ke Bani thaif, lalu beliau dicaci maki, dihina dan dilempari batu
hingga kaki beliau berdarah-darah. Akhirnya beliau menjauh dari thaif dan
berdoa
” Wahai Tuhanku,
kepada Engkau aku adukan kelemahan tenagaku dan kekurangan daya-upayaku pada
pandangan manusia. Wahai Tuhan yang Maha Rahim kepada sesiapa Engkau
menyerahkan daku?Kepada musuh yang akan menerkamkan aku ataukah kepada keluarga
yang engkau berikan kepadanya urusanku, tidak ada keberatan bagiku asal aku
tetap dalam keredzaanMu. Dalam pada itu afiatMu lebih luas bagiku. Aku
berlindung dengan cahaya mukaMu yang mulia yang menyinari segala langit dan
menerangi segala yang gelap dan atasnyalah teratur segala urusan dunia dan
akirat, dari Engkau menimpakan atas diriku kemarahanMu atau dari Engkau turun
atasku azabMu kepada Engkaulah aku adukan hal ku sehingga Engkau redza. Tidak
ada daya dan upaya melainkan dengan Engkau”
Demikianlah doa
Baginda Rasulullahu yang penuh dengan kepasrahan dan keikhlasan kepada Allah
s.w.t. Mendengar doa NabiNya ini, Allah s.w.t menurunkan Jibril AS yang
langsung turun berhadapan dengan Rasulullah dan mengucapkan salam seraya
berkata:” Allah s.w.t.. mengetahui apa yang telah berlaku diantara kamu dan
orang-orang ini. Allah s.w.t. telah menyediakan malaikat digunung-gunung disini
khusus untuk menjalankan segala perintah kamu.”
Sambil berkata
demikian Jibrail menghadapkan malaikat penjaga gunung-gunung itu dimuka
Baginda s.a.w, kata Malaikat ini: “Wahai Rasulullah, saya bersiap sedia
untuk menjalankan perintah Tuan. Kalau dikehendaki, saya sanggup menyebabkan
gunung-gunung yang berada sebelah menyebelah di kota ini berbenturan sehingga
penduduk-penduduk dikedua-dua belah mati tertindih. Kalau tidak, Tuan
perintahkan apa saja hukuman yang selayaknya diterima oleh orang-orang ini.”
Namun apa jawab
Rasulullahu mendengar janji-janji Malaikat itu yang sesuai dengan nafsu amarah
ini? Nabi Muhammad s.a.w. yang penuh dengan sifat rahim dan belas kasihan ini
tidak mengiakan tetapi berkata:”Walaupun orang-orang ini tidak menerima
Islam, saya harap dengan kehendak Allah s.w.t., keturunan-keturunan mereka,
pada satu masa nanti, akan menyembah Allah s.w.t.. dan berbakti kepadaNya.”
8.
Lembut terhadap orang ahli maksiat
Hadits Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu dan di dalamnya disebutkan:
“Ketika kami bersama
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tiba-tiba datang seseorang dan berkata:
“Ya Rasulullah, celaka aku!”
Beliau berkata: “Ada
apa dengan kamu?”
Ia berkata: “Aku
menyetubuhi istriku, sedang aku dalam keadaan berpuasa.”
Beliau shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda: “Apakah kamu memiliki budak yang bisa kamu
merdekakan?”
Ia menjawab: “Tidak.”
Beliau bersabda:
“Apakah kamu mampu berpuasa dua bulan berturut-turut?”
Ia menjawab: “Tidak.”
Beliau bersabda: “Apakah kamu bisa memberi makan enam puluh orang miskin?”
Sekali lagi ia
menjawab: “Tidak.”
Lalu diamlah Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan ketika kami masih berada dalam keadaan hening
(terdiam), didatangkanlah kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sebuah
keranjang yang berisi kurma. Beliau bersabda: “Mana orang yang bertanya
tadi?” Ia berkata: “Saya.” Beliau bersabda: “Ambillah ini dan
sedekahkanlah dengannya.” Orang tersebut berkata: “Apakah ada orang yang
lebih fakir dariku ya Rasulullah? Demi Allah tidak ada di antara dua
kampung ini rumah yang lebih fakir dari rumahku.” Tertawalah Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam sampai nampak gigi taringnya, kemudian beliau
bersabda: “Berikan ini kepada keluargamu.”
9.
Lembut terhadap kesabaran dan kesusahan
Pada tahun kesepuluh
kenabian, istri Rasulullah, Khadijah binti Khuwailid, dan pamannya, Abu Thlaib,
wafat. Berkata Ibnu Sa’d dalam Thabaqat-nya: Selisih waktu antara kematian
Khadijah dan kematian Abu Thalib hanya satu bulan lima hari.
Khadijah sebagaimana
dikatakan oleh Ibnu Hisyam adalah menteri kebenaran untuk Islam. Pada saat-saat
Rasulullah menghadapi masalah-masalah berat, ia-lah yang selalu menghibur dan
membesarkan hatinya. Akan halnya Abu Thalib, dia telah memberikan dukungan
kepada Rasulullah dalam menghadapi kaumnya.
Berkata Ibnu Hisyam:
Setelah Abu Thalib meninggal, kaum kafir Quraisy bertambah leluasa melancarkan
penyiksaan kepada Rasulullah, sampai orang awam Quraisy pun berani melemparkan
kotoran ke atas kepala Rasulullah. Sehingga pernah beliau pulang ke rumah
berlumuran tanah. Melihat ini, salah seorang putri beliau bangkit dan
membersihkan kotoran dari atas kepalanya sambil menangis. Tetapi Rasulullah,
berkata kepadanya, “Janganlah engkau menangis wahai anakku, sesungguhnya
Allah akan menolong bapakmu.“
10. Lembut terhadap
Makhluq Allah
“Sesungguhnya Allah
subhanahu wa ta’ala telah mewajibkan untuk berbuat baik atas segala sesuatu.
Jika kalian membunuh, maka bunuhlah dengan cara yang baik. Jika kalian
menyembelih, maka sembelihlah dengan cara yang baik. Dan hendaklah salah
seorang dari kalian menajamkan pisaunya (ketika hendak menyembelih), dan
menyenangkan sembelihannya.” (HR. Muslim)
Itulah sepuluh sikap
lemah lembut Rasul dalam kehidupan, jika kita melakukan nya karena mengikuti
Rasul maka sikap lemah lembut kita bernilai ibadah. Setelah mengetahui ilmu dan
dalil nya, tidak ada alasan bagi tiap muslim untuk tidak bersikap lemah lembut.
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيراً
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيراً
“Sesungguhnya telah
ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang
yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah.”. (QS: Al Ahzab [33] :
21).
—–
Namun, yang perlu
diperhatikan bahwa sifat Ar-Rifq tidaklah menunjukkan kelemahan atau
ketidaktegasan seseorang dalam berkata dan bertindak. Bahkan dalam sifat
Ar-Rifq sendiri, sebenarnya telah mengandung sikap tegas dalam amar ma’ruf nahi
munkar (memerintahkan kepada kebaikan dan melarang dari kemungkaran). Dan
tidaklah sikap tegas itu identik dengan sikap keras atau kasar. Dalam keadaan
tertentu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersikap tegas dan keras.
Diantara contohnya:
- Celaan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap perbuatan memanjangkan sholat tanpa memperhatikan keadaan orang-orang yang berma’mum. (HR. Al Bukhari)
- Sikap keras beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap orang yang makan menggunakan tangan kiri ketika diperintah untuk makan menggunakan tangan kanan. (HR. Muslim)
- Perkataan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Celaka kamu” terhadap orang yang berlambat-lambat melaksanakan perintah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menaiki unta. (HR. Al Bukhari)
- Kerasnya sikap beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap orang (laki-laki) yang memakai cincin emas, setelah ia tahu bahwa perkara itu adalah perkara yang diharamkan. (HR. Muslim)
Sifat Ar-Rifq dalam menghadapi kerasnya problem kehidupan
Dan diantara pedoman dan kaidah syar’i yang harus dipegang teguh dalam menghadapi kerasnya problem (fitnah) dalam kehidupan adalah hendaknya kita menghadapinya dengan sifat Ar-Rifq (lemah lembut), At-Ta’anni (tidak tergesa-gesa), dan Al Hilm (santun).
Maka hendaknya kita bersikap lemah lembut dan tenang/tidak tergesa-gesa dalam segala urusan dan janganlah menjadi orang yang mudah marah. Janganlah kita menjadi orang yang tidak mempunyai sifat ar-rifq, karena dengan sifat ar-rifq selamanya tidaklah akan membuat seseorang itu menyesal, baik dalam kehidupan dunia maupun akhirat. Tidaklah sifat ar-rifq tersebut berada dalam suatu perkara kecuali akan memperindahnya.
- Celaan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap perbuatan memanjangkan sholat tanpa memperhatikan keadaan orang-orang yang berma’mum. (HR. Al Bukhari)
- Sikap keras beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap orang yang makan menggunakan tangan kiri ketika diperintah untuk makan menggunakan tangan kanan. (HR. Muslim)
- Perkataan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Celaka kamu” terhadap orang yang berlambat-lambat melaksanakan perintah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menaiki unta. (HR. Al Bukhari)
- Kerasnya sikap beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap orang (laki-laki) yang memakai cincin emas, setelah ia tahu bahwa perkara itu adalah perkara yang diharamkan. (HR. Muslim)
Sifat Ar-Rifq dalam menghadapi kerasnya problem kehidupan
Dan diantara pedoman dan kaidah syar’i yang harus dipegang teguh dalam menghadapi kerasnya problem (fitnah) dalam kehidupan adalah hendaknya kita menghadapinya dengan sifat Ar-Rifq (lemah lembut), At-Ta’anni (tidak tergesa-gesa), dan Al Hilm (santun).
Maka hendaknya kita bersikap lemah lembut dan tenang/tidak tergesa-gesa dalam segala urusan dan janganlah menjadi orang yang mudah marah. Janganlah kita menjadi orang yang tidak mempunyai sifat ar-rifq, karena dengan sifat ar-rifq selamanya tidaklah akan membuat seseorang itu menyesal, baik dalam kehidupan dunia maupun akhirat. Tidaklah sifat ar-rifq tersebut berada dalam suatu perkara kecuali akan memperindahnya.
Wallahu a’lam
bishshowab.