Jumat, 11 April 2014
Pemuda Yang Menikahi Wanita “Buta, Tuli, Bisu dan Lumpuh"
Seorang lelaki yang soleh bernama Tsabit bin Ibrahim sedang berjalan di pinggiran kota Kufah. Tiba-tiba dia melihat Sebuah apel jatuh keluar pagar sebuah kebun buah-buahan. Melihat apel yang merah ranum itu tergeletak di tanah membuat air liur Tsabit terbit, apalagi di hari yang panas dan tengah kehausan. Maka tanpa berfikir panjang dipungut dan dimakannyalah buah apel yang lazat itu, akan tetapi baru setengahnya di makan dia teringat bahawa buah itu bukan miliknya dan dia belum mendapat izin pemiliknya.
Maka ia segera pergi kedalam kebun buah-buahan itu hendak menemui pemiliknya agar meninta dihalalkan buah yang telah dimakannya. Di kebun itu ia bertemu dengan seorang lelaki. Maka langsung saja dia berkata, “Aku sudah makan setengah dari buah apel ini. Aku berharap anda menghalalkannya”. Orang itu menjawab, “Aku bukan pemilik kebun ini. Aku Khadamnya yang ditugaskan menjaga dan mengurus kebunnya”.
Dengan nada menyesal Tsabit bertanya lagi, “Dimana rumah pemiliknya? Aku akan menemuinya dan minta agar dihalalkan apel yang telah ku makan ini.”Pengurus kebun itu memberitahukan, “Apabila engkau ingin pergi kesana maka engkau harus menempuh perjalan sehari semalam”.
Tsabit bin Ibrahim bertekad akan pergi menemui si pemilik kebun itu. Katanya kepada orang tua itu, “Tidak mengapa. Aku akan tetap pergi menemuinya, meskipun rumahnya jauh. Aku telah memakan apel yang tidak halal bagiku kerana tanpa izin pemiliknya. Bukankah Rasulullah s.a.w. sudah memperingatkan kita melalui sabdanya: “Siapa yang tubuhnya tumbuh dari yang haram, maka ia lebih layak menjadi umpan api neraka”
Tsabit pergi juga ke rumah pemilik kebun itu, dan setiba di sana dia langsung mengetuk pintu. Setelah si pemilik rumah membukakan pintu, Tsabit langsung memberi salam dengan sopan, seraya berkata,” Wahai tuan yang pemurah, saya sudah terlanjur makan setengah dari buah apel tuan yang jatuh ke luar kebun tuan. Kerana itu mahukah tuan menghalalkan apa yang sudah ku makan itu?”
Lelaki tua yang ada dihadapan Tsabit mengamatinya dengan cermat. Lalu dia berkata tiba-tiba, “Tidak, aku tidak boleh menghalalkannya kecuali dengan satu syarat.” Tsabit merasa khawatir dengan syarat itu kerana takut ia tidak dapat memenuhinya. Maka segera ia bertanya, “Apa syarat itu tuan?” Orang itu menjawab, “Engkau harus mengawini putriku !”
Tsabit bin Ibrahim tidak memahami apa maksud dan tujuan lelaki itu, maka dia berkata, “Apakah kerana hanya aku makan setengah buah apelmu yang keluar dari kebunmu, aku harus mengawini putrimu?”
Tetapi pemilik kebun itu tidak mempedulikan pertanyaan Tsabit. Ia malah menambahkan, katanya, “Sebelum pernikahan dimulai engkau harus tahu dulu kekurangan-kekurangan putriku itu. Dia seorang yang buta, bisu, dan tuli. Lebih dari itu ia juga seorang yang lumpuh!”
Tsabit amat terkejut dengan keterangan si pemilik kebun. Dia berfikir dalam hatinya, apakah perempuan seperti itu patut dia persunting sebagai isteri gara-gara setengah buah apel yang tidak dihalalkan kepadanya? Kemudian pemilik kebun itu menyatakan lagi, “Selain syarat itu aku tidak boleh menghalalkan apa yang telah kau makan !”
Namun Tsabit kemudian menjawab dengan mantap, “Aku akan menerima pinangannya dan perkahwinanya. Aku telah bertekad akan mengadakan transaksi dengan Allah Rabbul ‘alamin. Untuk itu aku akan memenuhi kewajiban-kewajiban dan hak-hakku kepadanya kerana aku amat berharap Allah selalu meridhaiku dan mudah-mudahan aku dapat meningkatkan kebaikan-kebaikanku di sisi Allah Ta’ala”.
Maka pernikahan pun dilaksanakan. Pemilik kebun itu menghadirkan dua saksi yang akan menyaksikan akad nikah mereka. Sesudah perkahwinan selesai, Tsabit dipersilahkan masuk menemui isterinya. Sewaktu Tsabit hendak masuk kamar pengantin, dia berfikir akan tetap mengucapkan salam walaupun isterinya tuli dan bisu, kerana bukankah malaikat Allah yang berkeliaran dalam rumahnya tentu tidak tuli dan bisu juga. Maka iapun mengucapkan salam, “Assalamu”alaikum…”
Tak disangka sama sekali wanita yang ada dihadapannya dan kini resmi jadi isterinya itu menjawab salamnya dengan baik. Ketika Tsabit masuk hendak menghampiri wanita itu , dia mengulurkan tangan untuk menyambut tangannya. Sekali lagi Tsabit terkejut kerana wanita yang kini menjadi isterinya itu menyambut uluran tangannya.
Tsabit sempat terhentak menyaksikan kenyataan ini. “Kata ayahnya dia wanita tuli dan bisu tetapi ternyata dia menyambut salamnya dengan baik. Jika demikian berarti wanita yang ada dihadapanku ini dapat mendengar dan tidak bisu. Ayahnya juga mengatakan bahawa dia buta dan lumpuh tetapi ternyata dia menyambut kedatanganku dengan ramah dan mengulurkan tangan dengan mesra pula”, Kata Tsabit dalam hatinya. Tsabit berfikir, mengapa ayahnya menyampaikan berita-berita yang bertentangan dengan yang sebenarnya ?
Setelah Tsabit duduk di samping isterinya, dia bertanya, “Ayahmu mengatakan kepadaku bahawa engkau buta. Mengapa?” Wanita itu kemudian berkata, “Ayahku benar, kerana aku tidak pernah melihat apa-apa yang diharamkan Allah”. Tsabit bertanya lagi, “Ayahmu juga mengatakan bahawa engkau tuli, mengapa?” Wanita itu menjawab, “Ayahku benar, kerana aku tidak pernah mahu mendengar berita dan cerita orang yang tidak membuat ridha Allah.
Ayahku juga mengatakan kepadamu bahawa aku bisu dan lumpuh, bukan?” Tanya wanita itu kepada Tsabit yang kini sah menjadi suaminya. Tsabit mengangguk perlahan mengiyakan pertanyaan isterinya. Selanjutnya wanita itu berkata, “aku dikatakan bisu kerana dalam banyak hal aku hanya menggunakan lidahku untuk menyebut asma Allah Ta’ala saja. Aku juga dikatakan lumpuh kerana kakiku tidak pernah pergi ke tempat-tempat yang boleh menimbulkan kegusaran Allah Ta’ala”.
Tsabit amat bahagia mendapatkan isteri yang ternyata amat soleh dan wanita yang memelihara dirinya. Dengan bangga ia berkata tentang isterinya, “Ketika kulihat wajahnya… Subhanallah, dia bagaikan bulan purnama di malam yang gelap”.
Tsabit dan isterinya yang salihah dan cantik itu hidup rukun dan berbahagia. Tidak lama kemudian mereka dikurniakan seorang putra yang ilmunya memancarkan hikmah ke seluruh penjuru dunia, Beliau adalah Al Imam Abu Hanifah An Nu’man bin Tsabit.
Subhanallah..
Jumat, 04 April 2014
5 Alam Yang Akan Dilalui Oleh Manusia
1. Alam Ruh yaitu alam
arwah di mana di alam inilah Allah menciptakan ruh-ruh manusia.
2. Alam rahim yaitu alam kandungan. Di sinila
manusia diciptakan, ditentukan batas usianya, jodohnya, matinya, bahagia atau
susahnya, rizkinya. Di alam ini pula Allah menciptakan bentuk rupa dan
meniupkan ruhnya. Saat ini manusia tidak dapat berbuat apa-apa kecuali menerima
keputusan Allah dengan ridha. Maka pada saat di alam rahim inilah peran kedua
orang tua sangat urgen sekali. Karena itu, orang tua dianjurkan untuk
memperbanyak amal shaleh agar sang jabang bayi kelak menjadi anak yang shaleh,
taqwa, beriman, dan berbakti kepada kedua orang tuanya.
3. Alam dunia yaitu alam imtihan (ujian). Di
alam inilah setiap manusia akan diuji menurut kadar keimanan dan ketaqwaannya.
Semakin tinggi maqom keimanan dan ketaqwaan seseorang, maka semakin besar pula
bentuk ujiannya dan sebaliknya. Ini bertujuan untuk mengetahui siapkah yang
paling baik amalnya, orang-orang yang berjuang dengan sungguh-sungguh,
orang-orang yang sabar, dan orang-orang yang durhaka. Dunia juga dinyatakan
oleh Allah sebagai tempat sendau gurau dan permainan. Karena itu, siapa yang
larut dalam dunia, maka dia harus siap untuk dipermainkan dan memperoleh
kekecewaan yang tiada berujung. Intinya, di dunia manusia dituntut untuk
mencari bekal ahirat sebanyak-banyaknya dengan amal shaleh dan beribadah.
4. Alam barzakh atau alam kubur, yaitu alam
penantian di mana setiap orang yang telah meninggal akan mengalami azab atau
nikmat kubur. Di alam ini mereka seperti orang yang tenggelam dalam lautan yang
tidak dapat berbuat apa-apa. Hanya pertolongan orang lain yang dibutuhkan bukan
harta, kedudukan, emas permata, dan perhiasan hidup. Amal shaleh, ilmu yang
bermanfaat, anak yang shaleh yang dapat menyelamatkan dia dari azab kubur dan
mengundang rahmat Allah selama masa penantian. Sungguh sengsara mayat yang
selama hidup lalai dan lupa daratan hingga datang ajal menjemputnya. Sungguh
beruntung orang yang selama hidup bersusah payah berjuang untuk mendapatkan
rahmat dan berkah kehidupan alam barzah. Ingatlah, bahwa amal shaleh akan
berwujud sosok rupawan yang mendampingi dia selama masa penantian dan amal
buruk akan berwujud sosok yang menjijikan dan menakutkan yang menemani dia
selama masa penantian. Jadikan hidup untuk mencari bekal sebanyak-banyaknya di
alam barzakh ini.
5. Alam akhirat, yaitu alam kekekalan dan alamul
jaza’ (pembalasan amal manusia). Di alam inilah manusia akan dibalas setimpal
dengan perbuatannya selama hidup di dunia. Tidak sedikitpun amal yang
terlupakan, terabaikan, kecuali semua akan diperhitungkan. Kehidupan alam
akhirat itu jauh dan jauh lebih panjang dan kekal dari pada dunia yang fana
ini. Orang yang mengetahui masa depan, pastilah dia akan memperhitungkan dengan
seksama, teliti, dan memperioritaskan alam keabadian ini dengan menjadikan
semua langkah dan perbuatannya untuk menggapai ridha-Nya. Rahmat Allah, ridha-Nya,
dan ampunan-Nya sangat berarti sekali bagi setiap manusia saat memasuki alam
ini. Manusia saat ini sungguh tidak berdaya dan hanya menunggu kepastian Allah
apakah dia akan dimasukkan ke dalam neraka atau akan dimasukkan ke dalam
surga-Nya. Dan yang menentukan adalah amalnya sewaktu hidup di dunia ini. Di
dunia ini waktu terus bergulir sesuai dengan perputaran waktu. Tak pernah
berhenti sedetikpun dan tak akan pernah kembali untuk mengulangi memori masa
lalu. Karena itu, sekali waktunya kosong tak berisi dengan sesuatu yang
bernilai di sisi Allah, maka sungguh ia akan rugi telah menyia-nyiakan
waktunya. Penyesalan akan menghampiri orang yang terang penglihatannya pada
perhiasan dunia dan kabur dengan kehidupan ahirat. Karena yang menentukan
selamat, bahagia, diampuni, diberkahi, dan dirahmati atau diazab, disiksa,
sengsaranya seseorang itu tergantung amalnya sewaktu di dunia, maka seyogyanya
manusia harus berusaha dengan segenap potensi yang dimilikinya untuk memetik
buah esok kelak. Semoga Allah SWT selalu membimbing kita kejalan yang
diridhoi-Nya hingga kita sampai pada alam yang terahir ini dalam keadaan
selamat, sentausa, bahagia, diridhai, diampuni dosa-dosa kita dan dimasukkan
kedalam surga-Nya. Amiin.
Wallahu
a’lam.
Rabu, 02 April 2014
Sunnah Sunnah Rasulullah SAW Yang Terlupakan.
2. Menjaga dan memelihara wudhu.
3. Bersiwak (menggosok gigi dengan kayu siwak)
4. Shalat istiqarah
5. Berkumur-kumur dan menghirup air dengan hidung dalam satu cidukan telapak tangan ketika berwudhu.
6. Berwudhu sebelum tidur dan tidur dengan posisi miring kekanan.
7. Berbuka puasa dengan makanan ringan.
8. Sujud syukur saat mendapatkan nikmat atau terhindar dari bencana.
9. Tidak begadang dan segera tidur selesai shalat isya.
10. Mengikuti bacaan muadzin
11. Berlomba-lomba untuk mengumandangkan adzan,bersegera menuju shalat,serta berupaya untuk mendapatkan shaf pertama.
12. Meminta izin tiga Kali ketika bertamu.
13. Mengibaskan seprai saat hendak tidur.
14. Meruqyah diri dan keluarga
15. Berdoa saat memakai pakaian baru.
16. Mengucapkan Salam kepada semua orang Islam termasuk Anak kecil.
17. Berwudhu sebelum Mandi besar (Mandi junub)
18. Membaca Aamiin dengan suara keras saat menjadi makmum
19. Mengeraskan suara saat membaca dzikir setelah shalat
20. Membuat pembatas saat sedang shalat fardhu atau shalat sunah.
Langganan:
Postingan (Atom)